Setiap kali memandangi cermin retak yang ada di kamar tidurku, membuatku sedikit percaya diri untuk bercermin dan menatap diri sendiri. Ya cermin yang tidak lagi menyatu setiap sisi dan sudutnya. Percayalah, hanya itu cermin yang bisa membuatku setidaknya tersenyum melihat diri sendiri. Tentu mungkin kalian bertanya-tanya, apa hubungannya dengan cermin retak. Dasarnya, cermin yang masih tergantung bukan hanya retak tetapi membentuk 3 macam bentuk abstrak. Awalnya cermin ini berbentuk kotak. Namun, suatu kecelakaan menjadi 3 bagian yang tidak lagi menjadi satu. Cermin itu seolah lelah mendengar ucapanku "aku benci diriku". Biar kuceritakan satu rahasia kecil yang tak lagi menjadi rahasia jika ku katakan ini padamu. Setiap aku bercermin aku selalu benci dengan bayangan yang dipantulkan oleh cermin itu. Berharap bukan "aku" yang harus aku lihat. Sungguh, perasaan ini menghujamku hari setiap menatap diri sendiri. Aku tidak ingin menatapnya lebih dalam karena "itu" bukan "aku". Aku benci "itu". Tolong singkirkan "itu" dari pandanganku.
Tidak ada kecantikan hanya tumpukan jerawat dan bekas jerawat yang tak kunjung hilang. aku bertanya "jadi begini rasanya orang melihatku?". Melelahkan untuk berpura-pura mencintai diri sendiri yang bahkan menatap cermin saja takut. Well, aku jelek. Itu adalah kata hati yang pertama kali aku ucapakan saat melihat ke cermin.
Biar ku ceritakan keadaan yang sebenanrnya ssat aku duduk di bangku SMA. AKu, juga gadis biasa, memimpikan masa SMA akan menjadi tahun-tahun yang luar biasa untuk anka remaja yang notabenenya adalah ingin merasa dihargai oleh orang-orang dan ingin membuktikan bahawa aku ini memang ada di dunia ini. Aku memulai masamasa SMA dengan biasa saja. Semua yang kubayangkan satu persatu tidak pernah hadir. Mulai dari uang jajan yang akan bertambah atau teman-teman yang bisa diajak kumpul. Tidak ada. Sama sekali.
Biar kupertegas, aku tidak cantik. Aku mempunyai masalah kulit yang berjerawat parah!!! Semua orang menatapku saat bicara seakan merasa jijik. Masalah ini kudapati saat aku duduk di bangku kelas 1 semester 1. Yap, awal masuk SMA. AKu tidak berani untuk mentap orang. Yang aku raakan adalah aku tidak ingin bertemu orang dan CERMIN adalah musuh utamaku. Tidak, jarang sekali aku bercermin bahkan untuk merapikan diri sendiri. AKU TAKUT! sangat takut sampai sau kejadian yang membuat insecure ku makin parah. Kejadiannya saat aku kelas 2 SMA. Sekitar 5 tahun lalu. Saat itu aku mengikuti salah satu les di luar sekolah. Teman-teman les ku hampir seluruhnya cowok dan hanya aku dan temanku yang perempuan. Aku ingat betul kejadiannya. Masih sampai sekarang. Berbekas dalam ingatan. Sakit? masih sangat. Saat itu "mereka" sangat ribut saat tes berlangsung. Tentor kami keluar untuk sekedar istirahat. Dan "mereka" membuat keributan-keributan sehingga aku menegur mereka dengan "Toloong diam ya". Mereka mulai tertawa lebih keras dari sebelumnya. "Bukan nya cantik pun, jeleknya" mereka saling tertawa dan mengulang kata-kata itu.
Demi apapun aku sangat ingin keluar dari ruangan itu. "Aku tidak ingin di sini". Bahkan saat menulis ini aku masih merasakan sakit itu. Sejak saat itu aku sungguh-sungguh menghindari kaca. Saat di depan banyak orang aku berpura-pura untuk tidak apa-apa. Aku mulai membandingkan diriku dengan yang lainnya. "Andai aku secantik dia" "Andai kulitku mulus". Hanyalah setiap perbandinganyang aku lihat dari seseorang dan "andai" smeua ini tentang andai.
Satu lagi, ini dari keluargaku. Bukan apa-apa, tetapi keluarg aynag seharusnya menjadi support system berubah menjaid virus yang tidak bisa kau hindarkan. Ibuku berkata "Kenapa muka anak gadis lain mulus-mulus, kamu kok gak?". Ingat sekali aku perkataan yang menyakitkan ini saat aku hendak pergi ke suatu tempat. Ibuku berkata "Kok lama kali, malu kali ya keluar punya muka kaya gitu. Jelek!"
Aku saat itu mulai menangis tanpa sadar di depan cermin.Saat itu rasanya dunia ku makin runtuh. Aku tidak menyangka perkataan itu keluar dari ibuku sendiri. AKu makin yakin dengan pandangan orang "Jelek". Aku terduduk di atas tempat tidurku, mendengkup bantal dan menangis tanpa suara. Aku tidak ingin mereka tahu bahwa aku terluka helai demi helai jiwa ini.
Kadang, tanpa sadar orang terdekatlah yang MEMBUNUHMU
Kadan, kau harus terbiasa. Menjadi terbiasa dengan sakit. Menyakitkan memang. Aku sadar. Standar fisik yang tidak kumiliki membuat mental ku kerap terombang-ambing. Mencintai diri sendiri sangat berat. Jangan kan mencintai diri sendiri, untuk menegnal didi sendiri aku bhakan tidak mau. Aku tidak mau mengenal diri sendiri. APa yang au suka, tidak suka, hobiku, segalanya. Tidak peduli pada diriku sendiri menjadi terus bertambah tanpa ada yang bisa mencegahnya. Aku pribadi di depan teman-teman adalah orang yang ceria. Tidak pernah kuceritkan masalah ku pada siapapun. Aku pun bersikap bodoamat pada mereka yang mengejekku. Padahal, setiap malam aku menangis dan membenci diriku.
Next Post:)
"Kamu tidak ada kelebihan", "Dirimu penuh kekurangan, jadi jangan harap punya mimpi besar." Bangun tidur, lalu berharap setidaknya kau bangga dengan dirimu sendiri adalah suatu perasaan yang ingin kumiliki. Aku ingin merasakan bagaimana perasaan itu, ingin sekali.
Comments
Post a Comment